Perlu diketahui bahwa ada hal yang perlu dipertimbangkan dalam tulisan yang banyak beredar termasuk yang dimuat di NU Online, dikatakan penyusun Istighatsahan adalah Kiai Romli Tamim Rejoso Jombang. Berikut sedikit klarifikasi dari pihak keluarga ndalem Hadhratus Syaikh KH. M. Utsman bin Nadi al-Ishaqy Jatipurwo Surabaya.
Sebuah
catatan penting bahwa Kiai Utsman tidak pernah sekalipun absen pada pengajian
Kiai Romli yang diadakan setiap hari Kamis di Pondok Pesantren Darul Ulum
Rejoso Jombang. Suatu ketika setelah pengajian Nashaihul ‘Ibad ba’da
Dzuhur yang biasa dibacakan oleh Kiai Romli, Kiai Utsman berpamitan pulang
lebih awal, tidak ikut Khususi ba’da Ashar, karena ada acara Sebelasan
(Sewelasan) di Jatipurwo.
Kiai
Romli pun bertanya kepada Kiai Utsman, “Koq molé (pulang) Man?”
“Enggih
Kiai, mangkéh dhalu wonten acara Sewelasan ten griyo, mboten énten ingkang
mimpin menawi kulo mboten énten, Kiai” (Iya Kiai. Nanti malam ada acara
Sebelasan di rumah, tidak ada yang mimpin jika saya tidak ada, Kiai), jawab
KIai Utsman berpamitan.
Kemudian
Kiai Romli bertanya lagi, “Séng diwoco opo Man?” (Yang dibaca apa Man?).
“Istighatsah
kalih (dan) Manaqib, Kiai,” jawab Kiai Utsman.
“Wah,
nék ngono aku tak mélok Man. Saben dino opo acarané nang Jatipurwo?” (Wah kalau
begitu saya mau ikut. Setiap hari apa acaranya di Jatipurwo?) Sontak Kiai Romli
tertarik dan kembali bertanya.
“Setiap
malem sewelas (malam 11), Kiai”, jawab Kiai Utsman.
“Nék
ngono nang kéné malem rolasé waé Man” (Kalau begitu di sini (Rejoso) malam
12-nya saja Man), kata Kiai Romli.
“Enggih
Kiai, ndérék dhawuh.”
“Tapi
tetep awakmu engko’ séng munggah Man” (Tapi tetap kamu nanti yang mimpin Man),
imbuh Kiai Romli.
“Enggih
Kiai,” jawab Kiai Utsman singkat.
Setelah
berpamitan, Kiai Utsman pun pulang ke Surabaya untuk memimpin acara Sebelasan
di Pondok Pesantren Jatipurwo, dan keesokan harinya beliau kembali ke Rejoso
Jombang guna memulai acara malam Duabelasan seperti yang dipinta guru
tercintanya, Kiai Romli. Dan sesuai rencana semula seperti yang disampaikan
oleh Mbah Kiai Romli, bahwa yang bertindak memimpin acara adalah Mbah Kiai
Utsman sendiri.
Setelah
berjalan beberapa kali acara di Rejoso, suatu ketika seusai acara Manaqiban
Kiai Utsman dipanggil oleh Kiai Romli untuk menghadap. Kiai Romli hanya ingin
menyampaikan unek-unek di hatinya karena beliau merasa iba kepada murid
kesayangannya itu.
Kiai
Romli berkata, “Aanu Man, awakmu lak wés akéh kesibukané nang Suroboyo. Durung
séng mulang santri, durung séng ngeladéni masyarakat, durung manéh engko nekani
undangan, tur manéh acara nang Njoso iku sak mariné acara nang Suroboyo. Koen
lak kessel Man? Séng enak ditulis waé Man, engko digantungno nang pengimaman.
Dadi nék koen tepak berhalangan gak iso budal nang Njoso, engko aku séng
munggah. Nék wés ono tulisané aku lak garék moco Man!?” (Begini Man, kamu kan
sudah banyak kesibukannya di Surabaya. Ngajar santri, meladeni masyarakat,
menghadiri undangan, belum lagi acara di Rejoso setelah acara di Surabaya. Kamu
kan capek Man? Yang enak ditulis saja Man, nanti digantungkan di pengimaman.
Jadi ketika kamu berhalangan hadir di Rejoso, nanti saya yang menggantikan.
Kalau sudah ada tulisannya kan aku tinggal baca!?).
“Ndérék
dhawuh, Kiai.” Jawab Kiai Utsman patuh.
Setelah
itu, ditulislah bacaan Istighatsah tersebut oleh Mbah Kiai Utsman dengan tangan
beliau sendiri sesuai permintaan guru tercintanya. Kemudian Kiai Utsman
dipanggil kembali oleh Kiai Romli untuk menghadap. Kiai Romli bilang, “Tak
tambahi yo Man?”
Kiai
Utsman menjawab, “Enggih Kiai, monggo.”
“Tak
tambah Ya Badi’u yo?” tanya Kiai Romli.
“Enggih,”
jawab Kiai Utsman.
Setelah
itulah Istighatsah yang ada di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang ada
tambahan “Ya Badi’u”, sedangkan di Pondok Pesantren Jatipurwo Surabaya tetap
seperti semula Istighatsah tersebut disusun.
Di
lain cerita, bahwa Kiai Romli Tamim Rejoso Jombang mendapatkan ijazah Manaqib
itu dari Kiai Utsman al-Ishaqy Jatipurwo Surabaya. Tapi kalau soal thariqah,
Kiai Romli adalah guru dari Kiai Utsman dunia-akhirat. Wallahu a’lam.
(Sumber: Agus Ahmad Danyalin Al-Ishaqy).
Catatan
tambahan: Kiai Romli Tamim sebelum menjadi guru sekaligus mursyid dari Kiai
Utsman al-Ishaqy adalah teman karib dan sama-sama santri kesayangan Hadhratus
Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang. Kiai Romli diambil menantu oleh
gurunya sendiri, Kiai Hasyim, sedangkan Kiai Utsman adalah yang diutus oleh
Mbah Hasyim Asy'ari untuk menemani Kiai Romli. Yang kemudian Mbah Utsman
menjadi murid sekaligus akhirnya menjadi penerus estafet kemursyidan Kiai Romli
Tamim dengan thariqah Qadiriyah wa Nasyabandiyah. (Sumber: www.facebook.com/KumpulanFotoUlamaDanHabaib]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar